Kemerosotan


Penulis : Ralip Sakur


    Setiap zaman peradaban manusia terkadang memiliki kemerosotan, entah moral, politik, etika, intelektual, dsb. era abad sekarang, mayoritas orang tidak lagi ingin lagi menjadi makhluk yang berpikir secara kritis, mereka hanya ingin hidup secara damai dan tanpa tekanan,dsb. Namun itu hanyalah kekosongan atau ilusi belaka karena nyatanya kita tidak bisa lari dari itu semua. dan ketika mayoritas seseorang telah melakukan demikian mereka tanpa sadar telah mengalami dekadensi.

Saya akan memberikan suatu analisis mengapa manusia sering mengalami dekadensi atau kemerosotan dari abad Yunani era homerus hingga orde baru Indonesia. saya akan mulai dari abad pertengahan Eropa, karena di zaman abad pertengahan, Eropa memiliki moral yang begitu kuat dan lalu kita lanjutkan sampai klimaksnya di Orde baru dan kesimpulan tentang apa yang harus kita lakukan.

Ketika Eropa berada pada abad pertengahan, rakyat-rakyat Eropa banyak yang mengatakan bahwa moral-moral mereka lebih tinggi dari moral manapun di belahan negara.karena bagi mereka moral-moral yang ada waktu itu mereka anggap melampaui segala moral yang sezaman seperti mereka.

Namun ketika awal zaman modern tiba mereka mulai meninggalkan moral-moral yang mereka “ilahikan” dan mereka mulai mencurigai segala pegangan yang mereka lakukan. Namun saat mereka mulai mengkritisi zaman modern, mereka melahirkan zaman dekaden lagi yaitu Postmodern. mereka mulai kembali mempersoalkan moral dan segala pengetahuan modern tersebut yang dulu mereka anggap sebagai pencerahan. mereka mulai mengalami krisis dari apa yang awalnya “ada” untuk mengobati kegelisahan eksistensialis, kini mereka meragukan lagi obat-obat tersebut. seakan hal-hal tadi hanyalah dongeng semata.

Sebelum kita masuk lebih dalam alangkah baiknya kita mengenal terlebih dahulu apa itu suatu moral? dan apa kegunaannya untuk manusia.

Moral, moral adalah pengajaran baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. singkatnya moral adalah pengetahuan tentang baik dan buruk manusia yang telah ada sejak era zaman Yunani dan ribuan tahun yang lalu.

Dahulu bangsa Yunani menggunakan moral untuk dapat memisahkan antara cosmos dan chaos. Yang Homerus kisahkan antara dewa Dyonisius dan dewa Apollo. dua dewa yang nantinya juga akan digunakan oleh Nietzsche untuk menjelaskan kehendak berkuasa dan genealogi moralnya. Namun saat moral-moral tadi dipertanyakan oleh filsuf alam yang meliputi Thales,dkk lalu Socrates di zaman klasik. masyarakat Yunani pada akhirnya mau tak mau harus meninggalkan moralitas yang diciptakan oleh Homerus.

Saat dialektika terbentuk, Yunani mayoritas meninggalkan segala kepercayaan mereka; mitos dewa-dewi Olyumpus, perang Troya, kisah cinta Cupid anak Aphrodite,dll. dialektika terbentuk akibat masyarakat mulai mengkritisi kepercayaan dan moral-moral tradisional tersebut. namun seiring berkembangnya zaman di Yunani dialektika yang mempertanyakan alam semesta mulai kurang diminati kembali oleh masyarakat dan lebih dipandang sebagai selera golongan kelas orang rendahan(ploretariat), sehingga dialektika ini mulai mengalami dekadensi hingga sampai diabad kota Athena mulai menggunakan sistem pemerintahan demokrasi.

Dialektika mulai dipergunakan kembali ketika Socrates dan kawan-kawannya mulai menggunakan rasio untuk mendapatkan kebenaran. karena itulah banyak masyarakat Yunani yang menganggap jika Socrates adalah “pelawak yang serius”. ditambah lagi dengan sistem demokrasi Athena semakin membuat dialektika rasio semakin banyak diminati oleh kalangan bangsawan hingga kalangan masyarakat biasa.

Namun dialektika Socrates juga memiliki dosa yang dimana dia dengan liciknya melucuti dan mempermalukan lawan tanpa memberikan respect apapun kepada sang lawan. lalu ketika Socrates dihukum, masyarakat yang pro Socrates tidak bisa lagi menciptakan pencerahan untuk negerinya.

Hingga dialektika tadi digunakan oleh kaum Yahudi, yang dimana mereka menciptakan tokoh bernama Messiah untuk menggambarkan tokoh Socrates dengan dialektika rasio nya.  hingga sampai abad pertengahan mereka(Eropa) menggunakan tokoh yang sampai saat ini masih di abadikan namanya yaitu Jesus untuk dijadikan penggambaran Socrates.

Inilah kasus pertama yang sangat begitu jelas bahwa jika manusia mengagungkan suatu pemikiran dia akan terkena suatu gejala kemerosotan akal dan kehendak bebas dirinya akan terhalang. dan ketika manusia tidak lagi ingin berpikir maka tamatlah sudah zaman mereka.

Dan saat Indonesia berada dalam pengekangan Orde Baru, banyak sekali rakyat yang tak bisa berpikir secara jernih. karena pada waktu itu banyak sekali kebijakan-kebijakan yang sifatnya mengancaman dan menekan rakyat. dan tak sedikit dari mereka yang menganggap jika zaman yang di pimpin oleh orde baru adalah zaman buruk Indonesia karena disitulah letak demokrasi mati karena banyaknya kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dan cenderung menukik kebawah. namun dalam pandangan saya rakyat disaat itu seharusnya skeptis karena jika pemerintah diagungkan itu sama saja merendahkan diri/merendahkan martabat rakyat itu sendiri karena demokrasi adalah pesta dialektika rasio.

 

Kebenaran Asali dan kebenaran Eksternal.

Saya akan memberikan formula yaitu apa yang saya sebut sebagai kebenaran asali dan kebenaran eksternal. karena ini adalah formula yang ingin saya ciptakan sendiri semoga ini bisa tertolerir dengan baik.

Menurut saya mengapa manusia bisa mengalami fenomena dekadensi karena mereka mengkerdilkan kebenaran asali dan mengagungkan/menjunjung tinggi kebenaran eksternal. kebenaran asali adalah penafsiran fenomena dengan otak yang dialami secara mandiri dan mereka menggunakan referensi yang kuat(sifat referensi disini mereka menggunakan 2 referensi yang kuat) untuk membenarkan  kebenaran yang mereka tangkap dan mereka tidak berusaha menjadikan kebenaran tadi menjadi moral.

Sedangkan kebenaran eksternal adalah kebenaran yang ditafisr menggunakan otak(seperti kebenaran asali) namun dia terlalu berusaha ingin membenarkan kebenaran mereka untuk dijadikan moral dan berusaha membuat manusia lain menuruti kebenaran yang dia angkat.

Padahal setiap manusia harus saling berpikir dan saling memberikan argumentasi dan tidak berusaha menjadikan sang pemenang sebagai dewa, jika hal itu dilakukan maka akan terjadi sebuah dekadensi manusia.

Karena jika manusia terlalu mengagungkan pemikiran orang lain pemikiran orisinil yang dia punya akan lenyap begitu saja.

Daftar Pustaka :

Nietzsche.1888.”Senjakala berhala dan anti-krist".Jerman.

Teater utan kayu.2022 “Socrates vs Nietzsche” (https://www.youtube.com/watch?v=MlDeWSuA6iI)

A.Setyo Wibowo.2017. “Gaya Filsafat Nietzsche”.Sleman:Kanisius.

 

 

Komentar

Postingan Populer