Duka
Sibuk yang membunuh secara perlahan, dan mereka yang lupa berpikir.
Sudah lebih 45 menit. sebuah waktu yang tak terasa begitu cepat. benar mungkin yang dikatakan oleh banyak orang jika waktu tidak dirasakan ia akan berjalan begitu cepat.
Malam ini begitu dingin padahal anginnya tidak sekencang kemarin. namun entah mengapa di hari ini cuacanya begitu sangat teramat dingin. dengan waktu yang lewat dengan cepat dan sebuah percakapan yang tidak seharusnya orang-orang keluarkan, semakin menunjukkan kesan bahwa hari ini adalah hari berduka.
Kau bertanya teman, mengapa hari ini adalah hari berduka? singkat saja saya akan menjawabnya dengan penuh rasa tulus dan singkat, dan semoga kalian mampu untuk mencernanya.
Hari ini dan malam ini, bahkan besok tidak ada lagi seseorang yang mampu untuk hidup tanpa tetangganya, tanpa mengikhlaskan dungunya, dan tanpa mengerti dirinya sendiri. tetangga-tetangga mu sekarang ini sering mengkhotbahkan hal-hal yang tidak masuk akal, namun alangkah payahnya kalian dan semua orang sekarang ini. kalian menelan mentah-mentah khotbah yang tidak masuk akal tersebut.
Padahal tetangga-tetangga ini juga memberikan buku yang isinya syair-syair, ayat-ayat. yang gunanya adalah untuk memberi tafsir kebenaran kepada kalian. ironisnya kalian tidak mau mengkaji dan membedah syair dan ayat tersebut. semoga sang tetangga kebaikan mau memaafkan.
Andai kalian tahu cahaya hangat yang ada di tangan kalian, yang kalian bawa kemanapun kalian pergi, yang mampu memberi jawaban atas apa yang kalian pertanyakan. sungguh cahaya itu dibuat supaya kalian bisa memisahkan tetangga yang memberi kebaikan dan tetangga yang memberi keburukan, dan juga untuk kalian bisa melepas dungu kalian.
Hari ini juga kita telah berduka atas matinya seseorang yang mampu mengenali dirinya dan mereka yang mampu berdamai dengan diri mereka, dan yang bebas dengan diri mereka.
Namun undangan duka itu sayangnya tidak pernah sampai kepada kalian, andai saja undangan tersebut sampai mungkin kita akan bisa mengubur dan mencoba untuk menelaah pelajaran dari si manusia yang tahu dan si tetangga, serta si dungu yang bisa melepaskan kedunguannya.
Ah, temanku waktu telah berjalan 2 jam 30 menit. dingin ini rasanya mencekik sekali, banyak orang meninggalkan waktu mereka. mereka hanya ingin dihormati dan dihargai sehingga mereka meninggalkan waktu. sebuah dingin yang tercipta dari mereka yang meninggalkan waktu yang semakin terasah tajam-setajam pisau.
Ketahuilah teman, mereka menciptakan pisau dari dingin ini hanya semata-mata untuk diri mereka sendiri, yang nantinya mereka gunakan untuk menusuk perut dan pikiran(otak) mereka masing-masing. malam yang penuh duka, namun kepada siapa surat-surat duka itu harus disampaikan? kita semua tak bisa mengetahui itu.
Dingin yang mereka ciptakan ini tak lama lagi juga akan memadamkan perapian-perapian yang didalamnya terdapat kayu yang saling bersama, yang saling tumpang tindih demi tercapainya api yang semakin besar. namun saat cahaya datang kepada kalian, kalian menyalah gunakan cahaya tersebut dan jadilah dingin yang berkepanjangan ini.
Lantas siapa yang akan kembali menghidupkan perapian untuk bisa menghangatkan diri kita? lantas bagaimana kita bisa keluar dari jeratan pisau dingin ini? bagaimana kita bisa mengetahui jalannya waktu ini? adakah diantara kalian yang bisa menjawab ini semua?
Jangan khawatir teman, waktu saya di tempat ini sudah habis bahkan Sigar(cerutu) saya juga sudah habis. nikmati sajalah malam dingin yang mereka buat ini. jangan khawatir surat kematian mu dan mereka juga akan sampai padaku. dan saya juga akan membantu menguburmu dan mengubur mereka semua, setelah mereka dan dirimu menusuk perut dan pikiran.
Semoga malam kalian hari ini menyenangkan.
Terimakasih atas ketersediaannya mau mendengar suara duka ini.
Selamat jalan saya akan menunggu di jembatan kota.
Komentar
Posting Komentar